Sekelompok semut tinggal di sebuah pohon rindang. Di pimpin seekor ratu semut bijaksana, mereka hidup tenteram, saling mengasihi dan bergotong royong.
Suatu siang, seekor semut menemukan sepotong makanan tanpa diketahui temannya. Timbul sifat serakah dalam hatinya untuk memiliki sendiri makanan yang sangat besar itu.
Padahal Ratu Semut telah membuat undang-undang. Siapapun yang menemukan makanan, harus memberitahukan kepada Ratu. Ratulah yang akan mengatur, agar rakyatnya bergotong royong mengangkut makanan itu ke kerajaan. Makanan itu akan dibagi rata.
Si Semut tadi tidak mau memberitahukan penemuannya. Ia akan membawa pulang dan menyimpannya sendiri. Tapi ia kebingungan bagaimana membawanya.
Namun tiba-tiba lewatlah seekor Belalang. “Hai, Pak Belalang!” si Semut segera menegurnya. “Maukah engkau menolongku?”
“Hai sahabat kecil. Apa yang dapat kubantu?” jawab si Belalang.
“Aku menemukan makanan yang besar,” sahut Semut. “Aku tidak kuat membawanya. Maukah engkau membawakannya? Nanti kuberi engkau sebagian!”
“Mengapa tidak minta bantuan teman-temanmu?”
“Aku tak ingin mereka tahu kalau aku menemukan makanan ini. Kalau mereka tahu, makanan ini harus diserahkan kepada ratu dan dibagi rata. Karena itu jika ada yang bertanya, katakana engkaulah yang menemukannya. Aku akan berjalan di muka, engkau mengikuti di belakang. Aku akan menunjukkan dimana rumahku!”
Pak Belalang menyetujui usul tersebut. Berangkatlah mereka beriringan. Diperjalanan, si Semut bertemu teman-temannya. Ia berlagak tak kenal Pak Belalang.
Pak Belalang tak menyiakan kesempatan itu. Tanpa setahu si Semut, ia berbelok dan membawa makanan itu kerumahnya sendiri. Semut terkejut ketika tidak melihat Pak Belalang di belakangnya.
Celaka! Pak Belalang membawa kabur makanan itu. Semut kecewa, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin mengadu kepada teman-temannya, karena berarti membeberkan kejelekan diri-sendiri. @@@