Biografi

Muhammad Yamin

Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia. Latar belakang Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 23 Agustus 1903. Ia… Continue reading Muhammad Yamin

Poem

Bandi Mataram!

Pandangan jauh sekali kepada zaman yang sudah hilang, Ketika dewa hidup di bumi serta bangsaku, bangsaku sayang Berumah di hutan indah sekali, atau di ranah lembah dan jurang, O, Bangsaku, alangkah mujurmu di waktu itu berjuang di padang ditumbuhi duka Karena bergerak ada dituju serta disinari cahaya Cinta Atau meratap tersedu-sedu karena kalbunya dipenuhi duka.… Continue reading Bandi Mataram!

Poem

Di Laut Hindia

Mendengarkan ombak pada hampirku Debar-mendebar kiri dan kanan Melagukan nyanyi penuh santunan Terbitlah rindu ke tempat lahirku Sebelah Timur pada pinggirku Diliputi langit berawan-awan Kelihatan pulau penuh keheranan Itulah gerangan tanah airku Di mana laut debur-mendebur Serta mendesir tiba di pasir Di sanalah jiwaku, mula bertabur Di mana ombak sembur-menyembur Membasahi barissan sebuah pesisir Di… Continue reading Di Laut Hindia

Poem

Perasaan

Hatiku rawan bercampur hibur Mendengarkan riak desir-mendesir Menuju ke pantai di tepi bergisir Berlagu dendang sumber-menyumber. Ombak bergulung hambur-menghambur Mencari tepi tanah pesisir Lalu terhempas di padang pasir Buih berderai, putih bertabur. Duduk begini di bulan terang Mendengarkan gelombang memecah di karang Rasakan putus jantungku gerang Setelah selebu sedemikian menyerang Terdengarlah suara merdu menderang: ‘Perasaan… Continue reading Perasaan

Poem

Gubahan

Beta bertanam bunga cempaka Di tengah halaman tanah pusaka, Supaya selamanya, segenap ketika Harum berbau, semerbak belaka. Beta berahu bersuka raya Sekiranya bunga puspa mulia Dipetik handaiku, muda usia Dijadikan karangan, nan permai kaya Semenjak kuntuman, kecil semula Beta berniat membuat pahala, Menjadikan perhiasan, atas kepala. O Cempaka, wangi baunya Mari kupetik seberapa adanya Biar… Continue reading Gubahan

Poem

Tanah Air

Pada batasan, bukit Barisan, Memandang aku, ke bawah memandang;Tampaklah Hutan, rimba, dan ngarai; Lagipun sawah, sungai yang permai; Serta gerangan, lihatlah pula; Langit yang hijau bertukar warna; Oleh pucuk, daun kelapa; Itulah tanah, tanah airku Sumatera namanya, tumpah darahku. Sesayup mata, hutan semata; Bergunung bukit, lembah sedikit; Jauh di sana, disebelah situ, Dipagari gunung, satu… Continue reading Tanah Air

Poem

Gembala

Perasaan siapa tidak kan nyata Melihatkan anak berlagu dendang Seorang sahaja di tengah dendang Tiada berbaju buka kepala Beginilah nasib anak gembala Berteduh di bawah kayu nan rindang Semenjak pagi meninggalkan kandang Pulang ke rumah di senja kala Jauh sedikit sesayup sampai Terdengar olehku bunyi serunai Melagukan alam nan elok permai Wahai gembala di segara… Continue reading Gembala

Poem

Bukit Barisan

Hijau tampaknya Bukit Barisan Berpuncak Tanggamus dengan Singgalang Putuslah nyawa hilanglah badan Lamun hati terkenal pulang Gunung tinggi diliputi awan Berteduh langit malam dan siang Terdengar kampung memanggil taulan Rasakan hancur tulang belulang Habislah tahun berganti jaman Badan merantau sakit dan senang Membawakan diri untung dan malang Di tengah malam terjaga badan Terkenang bapak sudah… Continue reading Bukit Barisan

Poem

Gamelan

Tersimbah hati melihat bulan, Diiringi awan kanan dan kiri; Bagaikan benda berseri baiduri, Sedangkan bintang timbul-timbulan. Di waktu purnama berjalan-jalan Seorang sahaja sayang sendiri; Digundah lagi di malam hari, Turun naik bunyi gamelan. Lamalah sudah, padam suara, Dibawa angin ke mana tujunya. Kemudian hilang dalam udara. Entah di mana sekarang duduknya, Tetapi hatiku tiada terkira;… Continue reading Gamelan

Poem

Indonesia Tumpah Darahku

Bersatu kita teguh Bercerai kita runtuh Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung-gunung bagus rupanya Dilingkari air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya Lihatlah kelapa melambai-lambai Berdesir bunyinya sesayup sampai Tumbuh di pantai bercerai-cerai Memagar daratan aman kelihatan Dengarlah ombak datang… Continue reading Indonesia Tumpah Darahku