Poem

Bila

Bila dengan menghinaku Kamu menjadi mulia Maka hinalah aku sepuasmu Bila dengan menjatuhkanku Kamu bisa jadi tinggi Maka jatuhkanlah aku sekuatmu Dan bila dengan memfitnahku Kamu bisa dipandang benar Fitnahlah aku semaumu Tapi izinkanlah aku Menyandarkan diriku Pada Sang Pencipta Dan mengadukan nasibku kepadaNya

Poem

Rinduku

Atas nama cinta Dzikir rindu serta sujud cinta Berwujud pada pertemuan Dalam sua senyum dan berakhir lambaian Tangis tak mampu membisu Tak mampu dustakan hati Bahwa raga harus menerima untuk berlepas diri Untuk jauh dalam keputusan baik ini Melepas meski perih Lewat doa kerinduan dalam syair sujud malam Biarlah rindu ini membeku Dan bersaksi di… Continue reading Rinduku

Poem

Bila …

  Bila Subuh utuh Pagi tumbuh Hati menjadi teduh Pribadi tak angkuh Keluarga tak keruh Maka damai berlabuh   Bila Dzuhur teratur Diri kian jujur Hati tak kufur Selalu bersyukur Amal tak udzur Keluarga semakin akur Maka pribadi makmur   Bila Asar kelar Jiwa semakin sabar Raga kian tegar Senyum selalu menyebar Maka rejeki lancar… Continue reading Bila …

Poem

Bila kutitipkan

Bila kutitipkan dukaku pada langit Pastilah langit memanggil mendung Bila kutitipkan resahku pada angin Pastilah angin menyeru badai Bila kutitipkan geramku pada laut Pastilah laut menggiring gelombang Bila kutitipkan dendamku pada gunung Pastilah gunung meluapkan api. Tapi Kan kusimpan sendiri mendung dukaku Dalam langit dadaku Kusimpan sendiri badai resahku Dalam angin desahku Kusimpan sendiri gelombang… Continue reading Bila kutitipkan

Poem

Tersenyumlah

Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung." Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita dilangit sana." Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku." Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak kan pernah mengembalikannya." Orang berkata, "Lagitku yang ada di dalam jiwa telah membuatku merana dan berduka. Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya.… Continue reading Tersenyumlah

Poem

Hari Menuai

Lamanya sudah tiada bertemutiada kedengaran suatu apatiada tempat duduk bertanyatiada teman kawan berberita Lipu aku diharu sendusamar sapur cuaca matasesak sempit gelanggang dadasenak terhentak raga kecewa Hibuk mengamuk hati tergarimelolong meraung menyentak rentakmembuang merangsang segala petuatiada percaya pada siapa Kutilik diriku kuselam tahunkutimbul terasa terpancar terangistiwa lama merekah terangmerona rawan membunga sedan Tahu akukini hari… Continue reading Hari Menuai

Poem

Astana Rela

Tiada bersua dalam duniatiada mengapa hatiku sayangtiada dunia tempat selamalayangkan angan meninggi awanJangan percaya hembusan cederaberkata tiada hanya duniatilikkan tajam mata kepalasungkumkan sujud hati sanubariMula segala tiada adapertengahan masa kita bersuaketika tiga bercerai ramaidi waktu tertentu berpandang terangKalau kekasihmu hasratkan dikaurestu sempana memangku dakutiba masa kita berduaberkaca bahagia di air mengalirBersama kita mematah buahsempana kerja… Continue reading Astana Rela

Biografi

Muhammad Yamin

Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia. Latar belakang Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 23 Agustus 1903. Ia… Continue reading Muhammad Yamin

Poem

Bandi Mataram!

Pandangan jauh sekali kepada zaman yang sudah hilang, Ketika dewa hidup di bumi serta bangsaku, bangsaku sayang Berumah di hutan indah sekali, atau di ranah lembah dan jurang, O, Bangsaku, alangkah mujurmu di waktu itu berjuang di padang ditumbuhi duka Karena bergerak ada dituju serta disinari cahaya Cinta Atau meratap tersedu-sedu karena kalbunya dipenuhi duka.… Continue reading Bandi Mataram!

Poem

Di Laut Hindia

Mendengarkan ombak pada hampirku Debar-mendebar kiri dan kanan Melagukan nyanyi penuh santunan Terbitlah rindu ke tempat lahirku Sebelah Timur pada pinggirku Diliputi langit berawan-awan Kelihatan pulau penuh keheranan Itulah gerangan tanah airku Di mana laut debur-mendebur Serta mendesir tiba di pasir Di sanalah jiwaku, mula bertabur Di mana ombak sembur-menyembur Membasahi barissan sebuah pesisir Di… Continue reading Di Laut Hindia