Abunawas

Api Unggun Membakar Jemuran

Saat itu malam sudah begitu larut. Udara terasa sangat dingin. Kulit seakan ditusuk-tusuk jarum. Namun Abunawas belum bisa juga memicingkan mata. Hawa dingin seolah membuatnya tetap terjaga. Dicobanya terus untuk memejamkan mata tapi tidak bisa. Akhirnya karena kesal, Abunawas bangkit dari pembaringannya.

Di luar, hawa dingin ternyata semakin mengigit. Tapi Abunawas sudah terlanjur tidak bisa tidur. Akhirnya dia mencari akal agar hawa dingin tidak terlalu menyerang tubuh ringkihnya.

Dengan mengumpulkan dahan dan ranting di depan rumah, Abunawas membuat api unggun. Di dekat perapian, Abunawas merasa tubuhnya menjadi lebih hangat. Tapi nun jauh di seberang sana, Abu Licik dan Abu Jahil tengah mengamati gerak-gerik Abunawas. Keduanya merencanakan niat buruk pada Abunawas.

“Jahil, coba lihat apa yang dilakukan Abunawas,” kata Abu Licik pada Abu Jahil.

“Perbuatan itu bisa kita manfaatkan untuk memerasnya.”

“Bagaimana caranya?” tanya Abu Jahil belum mengerti apa yang dimaksudkan Abu Licik. Abu Licik pun membisikkan sesuatu kepada Abu Jahil. Mendengar bisikan itu, Abu Jahil tertawa terkekeh-kekeh.

“Idemu bagus sekali. Kebetulan aku sedang lapar. Kita bisa berpesta pora malam ini,” ujar Abu Jahil menanggapi niat busuk Abu Licik.

Setelah membakar gombal yang tergeletak di pinggir jalan, Abu Jahil dan Abu Licik mendatangi Abunawas. Abunawas pun kaget melihat kedatangan tamu tak diundang tersebut. Tanpa basa-basi, Abu Licik dan Abu Jahil langsung melabrak Abunawas.

“Abunawas! Aku minta ganti rugi. Api unggunmu telah membakar pakaian yang kujemur di depan rumah. Padahal pakaian itu baru kubeli dua hari yang lalu. Sekarang kau harus bertanggung jawab!” ujar Abu Licik mengecam perbuatan Abunawas.

“Mana mungkin api unggunku bisa menjalar sampai ke rumahmu. Yang benar saja,” sanggah Abunawas dengan muka bersungut-sungut.

“Ini buktinya!” ganti Abu Jahil yang menggertak menggertak Abunawas dengan menunjukkan gomal bekas terbakar di tangannya.

Belum sempat Abunawas menjawab, Abu Jahil menimpali lagi, “Kau tidak perlu mengganti yang baru, Abunawas. Pakaianku yang rusak itu cukup kau ganti dengan pesta ayam panggang di rumahmu. Bagaimana, cukup adil, bukan?”

Abunawas berpikir sejenak. ‘Ini jelas-jelas penipuan,’ ujar Abunawas dalam hati. ‘Tapi baiklah, akan kulayani akal busuknya.’

Abunawas akhirnya menyanggupi permintaan Abu Licik dan Abu Jahil. Keduanya di suruh menunggu dan Abunawas pun masuk ke dalam rumah untuk memasak.

“Tapi jangan lama-lama, Abunawas. Kami keburu lapar, nih!” ucap Abu Licik dan Abu Jahil tak sabar.

Satu jam ditunggu, Abunawas belum keluar-keluar juga. Abu Licik dan Abu Jahil kehilangan kesabaran. Keduanya langsung menerobos masuk ke dalam rumah. Di dapur terlihat Abunawas tidur terpekur dengan pulasnya. Melihat hal itu, Abu Jahil dan Abu Licik langsung tersulut amarahnya.

“Abunawas, bangun! Jangan mengingkari janji. Katamu engkau akan membuatkan ayam panggang untukku. Nyatanya, engkau malah enak-enakan tidur mendengkur,” ujar Abu Licik.

“Aku sedang menanak nasi,” jawab Abunawas sambil mengusap-usap matanya. Dia merasa kaget dibangunkan secara tiba-tiba.

“Menanak nasi?! Mana nasi yang kau tanak itu?!” tanya Abu Jahil dan Abu Licik hampir bersamaan.

“Itu diatasmu!” Abunawas menunjuk belanga yang digantung dibawah atap rumah. Di lantai, Abunawas menunjuk sebatang lilin yang tengah menyala. Abu Licik dan Abu Jahil menahan geram. Amarahnya semakin berkobar.

“Abunawas, jangan main-main! Mana mungkin sebatang lilin di lantai bisa mematangkan nasi dibawah atap?” kata Abu Jahil.

“Lho, mengapa kalian menarik ucapan yang belum satu jam kalian ucapkan? Api unggun yang jaraknya lebih dari 100 meter bisa membakar jemuran, mengapa lilin tidak bisa mematangkan nasi yang hanya berjarak beberapa meter saja?”

Mendengar jawaban itu, Abu Licik dan Abu Jahil tidak bisa berkata apa-apa lagi. Keduanya diam seribu bahasa. Akhirnya tanpa permisi, kedua orang culas ini pergi meninggalkan rumah Abunawas. Keduanya berlalu dengan muka merah padam menahan malu. @@@

 

Mentari Edisi 126 Tahun 2002

2 thoughts on “Api Unggun Membakar Jemuran”

Leave a comment